Eyang Kakung dilahirkan di Ledok Ratmakan, Yogyakarta pada tanggal 24 april 1911, sebagai anak tertua dari 12 orang bersaudara, keturunan dari keluarga bangsawan bernama RM Wangseng Kusuma, seorang pahlawan tangguh dan dibanggakan dari Pangeran Diponegoro pada abad ke-19, Garis keturunan ini yang memberi Eyang Kangkung dan kita semua "darah biru"


Eyang Kakung adalah juga seorang haji sejak sebelum tahun 1960. Ketika masih belum banyak orang indonesia yang berangkat ke tanah suci.


Namun, kerendahan diri dan kesederhanaan Eyang Kakung lah yang membuat beliau untuk tidak mencantumkan gelar Raden ataupun Haji di depan namanya.


Beberapa ciri dan pembawaannya antara lain adalah (dan ini menurun pada anak cucu cicit, jadi waspadalah masing-masing):

  1. Selalu mencolok kepandainnya dalam bidang pendidikan formal, terutama dalam berhitung, menghafal, sejarah dan kepemimpinan, kecuali menggambar beliau tidak bisa karena tidak suka.
  2. Clingus/pemalu terhdapa orang/masalah yang baru dikenal
  3. Cepat terharu sampai mengeluarkan air mata (bahkan didepan umum sekalipun).
  4. Suka lakon-lakon wayang, khususnya yang penuh dengan teladan kepahlawanan dan yang positif, Resi Bisma adalah favorit beliau.
  5. Suka main catur, bahkan pernah mengalahkan juara guru-guru sekolahnya (orang belanda pada waktu itu) dan remis/draw dengan juara dunia pada saat itu.
  6. Makan enak, khususnya brutu ayam dan jerohan (potensi penyakitnya adalah diabetes melitus).
  7. Memelihara binatang peliharaan seperti kelinci, kucing, ayam, dsb, dimana hal ini selalu di tentang oleh Eyang Ibu yang berkebalikannya tidak suka.
  8. Main kartu, yang saat itu sering kali menggunakan taruhan uang.

Pesannya bagi anak cucu cicit yang terpenting adalah " Janganlah menyeleweng dari jalan yang benar dan lurus", "selalu ingat kepada TYME", "kepahlawanan sesuai dengan leluhur-leluhurmu" serta selalu tingkatkan pendidikan formil setiap saat".


Pedoman hidup antara lain :

  1. Selalu rajin, hemat, disiplin, tekun dan tanggung jawab. Ternyata sifat ini tidak membuat kita kaya, tetapi membentuk karakter yang tangguh.
  2. Selalu memulai tugas dengan mengucapkan "Bismilahi rahman nir rahim", kerjakan dengan tulus dan baik, ikhlas, hasilnya adalah "Lillahi ta'ala" walawpun tidak langsung dapat hasilnya.

Beberapa tulisan/booklet/buku :

  1. Sudior, Pejuang Tanpa Henti, 1981
  2. Pelangi Kehidupan, 1986
  3. Untuk T5 - T5 Putera dan anak-anaknya, 1970
  4. Otobiografi Sudiro Selaku Perintis Kemerdekaan, 1984
  5. Sudiro, Pengalaman Saya Sekita 17 Agustus '45, 1972
  6. Manula